Setelah penyakit mulut dan kuku mewabah, hewan besar seperti sapi dan kerbau kini terancam dengan munculnya penyakit baru yang menyerang yaitu penyakit LSD (Lumpy Skin Disease). Meski masyarakat luas belum banyak mengetahui apa penyakit LSD tetapi para dokter hewan di puskeswan di beberapa kota telah bersiap untuk menanganinya. “LSD adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dari keluarga Poxviridae. Penyakit ini ditandai dengan munculnya benjolan pada kulit sapi.”
“Terutama pada bagian leher, punggung, dan perut,” kata drh. Ria Utami, dari tim Riset dan Pengembangan (R&D) Animal Center Drh. Nugroho Semarang, Kamis 6 April 2023. Dikutip dari pertanian.go.id, penularan LSD secara langsung melalui kontak dengan lesi kulit.
Namun virus LSD juga diekskresikan melalui darah, leleran hidung dan mata, air liur, semen dan susu, serta terjadi secara intrauterine. Secara tidak langsung, penularan terjadi melalui peralatan dan perlengkapan yang terkontaminasi virus LSD seperti pakaian kandang, peralatan kandang, dan jarum suntik.
Bahkan, Penularan secara mekanis terjadi melalui vektor yaitu nyamuk (genus aedes dan culex), lalat (Stomoxys sp, Haematopota spp, Hematobia irritans), migas penggigit dan caplak (Riphicephalus appendiculatus dan Ambyomma heberaeum). Masa inkubasi LSD berkisar antara satu hingga empat minggu. Walaupun mortalitas penyakit ini di bawah 10 persen, namun morbiditas yang sering dilaporkan adalah sekitar 45 persen.
Gejala klinis LSD dipengaruhi oleh umur, ras dan status imun ternak. Tanda klinis utama LSD adalah lesi kulit berupa nodul berukuran 1-7 cm yang biasanya ditemukan pada daerah leher, kepala, kaki, ekor dan ambing. Pada kasus berat nodul-nodul ini dapat ditemukan di hampir seluruh bagian tubuh.
Munculnya nodul ini biasanya diawali dengan demam hingga lebih dari 40.5oC. Nodul pada kulit tersebut jika dibiarkan akan menjadi lesi nekrotik dan ulseratif. Tanda klinis lainnya yaitu lemah, adanya leleran hidung dan mata, pembengkakan limfonodus subscapula dan prefemoralis, serta dapat terjadi oedema pada kaki. Selain itu, LSD juga dapat meyebabkan abortus, penurunan produksi susu pada sapi perah, infertilitas dan demam berkepanjangan.
Selain benjolan, sapi yang terinfeksi LSD juga dapat mengalami demam, kehilangan nafsu makan, lesu, dan mengalami penurunan produksi susu. Upaya pencegahan dan pengendalian penularan penyakit LSD para praktisi dan dokter hewan mewajibkan pemilik ternak untuk melakukan pemisahan ternak yang mengalami gejala ke kandang isolasi Selain itu bisa melakukan vaksinasi, serta menjaga kebersihan kandang dan peralatan kandang.
Sebagian besar vaksin LSD adalah live attenuated, namun juga tersedia dalam bentuk inaktif. Kewaspadaan terhadap penyakit LSD di Indonesia perlu ditingkatkan dengan memperkuat sistem surveilans deteksi dini penyakit. Kemudian, memperketat pemeriksaan lalu lintas hewan, dan meningkatkan kapasitas pengujian dan diagnosis penyakit LSD.***